Find Here Guys!

Sabtu, 28 Februari 2015

Kimia

SEJARAH KIMIA

       
Robert Boyle, perintis kimia modern dengan menggunakan eksperimen terkontrol, sebagai kontras dari metode alkimia terdahulu.
        Akar ilmu kimia dapat dilacak hingga fenomena pembakaran. Api merupakan kekuatan mistik yang mengubah suatu zat menjadi zat lain dan karenanya merupakan perhatian utama umat manusia. Adalah api yang menuntun manusia pada penemuan besi dan gelas. Setelah emas ditemukan dan menjadi logam berharga, banyak orang yang tertarik menemukan metode yang dapat mengubah zat lain menjadi emas. Hal ini menciptakan suatu protosains yang disebut Alkimia. Alkimia dipraktikkan oleh banyak kebudayaan sepanjang sejarah dan sering mengandung campuran filsafat, mistisisme, dan protosains.
        Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan kimia modern. Seiring berjalannya sejarah, alkimiawan-alkimiawan terkemuka (terutama Abu Musa Jabir bin Hayyan dan Paracelsus) mengembangkan alkimia menjauh dari filsafat dan mistisisme dan mengembangkan pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah. Alkimiawan pertama yang dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan membedakan kimia dan alkimia adalah Robert Boyle (1627–1691). Walaupun demikian, kimia seperti yang kita ketahui sekarang diciptakan oleh Antoine Lavoisier dengan hukum kekekalan massanya pada tahun 1783. Penemuan unsur kimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleyev pada tahun 1869.
 Penghargaan Nobel dalam Kimia yang diciptakan pada tahun 1901 memberikan gambaran bagus mengenai penemuan kimia selama 100 tahun terakhir. Pada bagian awal abad ke-20, sifat subatomik atom diungkapkan dan ilmu mekanika kuantum mulai menjelaskan sifat fisik ikatan kimia. Pada pertengahan abad ke-20, kimia telah berkembang sampai dapat memahami dan memprediksi aspek-aspek biologi yang melebar ke bidang biokimia.
        Industri kimia mewakili suatu aktivitas ekonomi yang penting. Pada tahun 2004, produsen bahan kimia 50 teratas global memiliki penjualan mencapai 587 bilyun dolar AS dengan margin keuntungan 8,1% dan pengeluaran riset dan pengembangan 2,1% dari total penjualan
Robert Boyle, perintis kimia modern dengan menggunakan eksperimen terkontrol, sebagai kontras dari metode alkimia terdahulu.
        Akar ilmu kimia dapat dilacak hingga fenomena pembakaran. Api merupakan kekuatan mistik yang mengubah suatu zat menjadi zat lain dan karenanya merupakan perhatian utama umat manusia. Adalah api yang menuntun manusia pada penemuan besi dan gelas. Setelah emas ditemukan dan menjadi logam berharga, banyak orang yang tertarik menemukan metode yang dapat mengubah zat lain menjadi emas. Hal ini menciptakan suatu protosains yang disebut Alkimia. Alkimia dipraktikkan oleh banyak kebudayaan sepanjang sejarah dan sering mengandung campuran filsafat, mistisisme, dan protosains.
        Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan kimia modern. Seiring berjalannya sejarah, alkimiawan-alkimiawan terkemuka (terutama Abu Musa Jabir bin Hayyan dan Paracelsus) mengembangkan alkimia menjauh dari filsafat dan mistisisme dan mengembangkan pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah. Alkimiawan pertama yang dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan membedakan kimia dan alkimia adalah Robert Boyle (1627–1691). Walaupun demikian, kimia seperti yang kita ketahui sekarang diciptakan oleh Antoine Lavoisier dengan hukum kekekalan massanya pada tahun 1783. Penemuan unsur kimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleyev pada tahun 1869.
         Penghargaan Nobel dalam Kimia yang diciptakan pada tahun 1901 memberikan gambaran bagus mengenai penemuan kimia selama 100 tahun terakhir. Pada bagian awal abad ke-20, sifat subatomik atom diungkapkan dan ilmu mekanika kuantum mulai menjelaskan sifat fisik ikatan kimia. Pada pertengahan abad ke-20, kimia telah berkembang sampai dapat memahami dan memprediksi aspek-aspek biologi yang melebar ke bidang biokimia.
 Industri kimia mewakili suatu aktivitas ekonomi yang penting. Pada tahun 2004, produsen bahan kimia 50 teratas global memiliki penjualan mencapai 587 bilyun dolar AS dengan margin keuntungan 8,1% dan pengeluaran riset dan pengembangan 2,1% dari total penjualan.

CABANG ILMU KIMIA

Kimia umumnya dibagi menjadi beberapa bidang utama. Terdapat pula beberapa cabang antar-bidang dan cabang-cabang yang lebih khusus dalam kimia.
 5 Cabang Utama:
  1. Kimia analitik adalah analisis cuplikan bahan untuk memperoleh pemahaman tentang susunan kimia dan strukturnya. Kimia analitik melibatkan metode eksperimen standar dalam kimia. Metode-metode ini dapat digunakan dalam semua subdisiplin lain dari kimia, kecuali untuk kimia teori murni.
  2. Biokimia mempelajari senyawa kimia, reaksi kimia, dan interaksi kimia yang terjadi dalam organisme hidup. Biokimia dan kimia organik berhubungan sangat erat, seperti dalam kimia medisinal atau neurokimia. Biokimia juga berhubungan dengan biologi molekular, fisiologi, dan genetika.
  3. Kimia anorganik mengkaji sifat-sifat dan reaksi senyawa anorganik. Perbedaan antara bidang organik dan anorganik tidaklah mutlak dan banyak terdapat tumpang tindih, khususnya dalam bidang kimia organologam.
  4. Kimia organik mengkaji struktur, sifat, komposisi, mekanisme, dan reaksi senyawa organik. Suatu senyawa organik didefinisikan sebagai segala senyawa yang berdasarkan rantai karbon.
  5. Kimia fisik mengkaji dasar fisik sistem dan proses kimia, khususnya energitika dan dinamika sistem dan proses tersebut. Bidang-bidang penting dalam kajian ini di antaranya termodinamika kimia, kinetika kimia, elektrokimia, mekanika statistika, dan spektroskopi. Kimia fisik memiliki banyak tumpang tindih dengan fisika molekular. Kimia fisik melibatkan penggunaan kalkulus untuk menurunkan persamaan, dan biasanya berhubungan dengan kimia kuantum serta kimia teori.

Contoh Makalah Biodiesel



BAB I
PENDAHULUAN
1.1             Latar Belakang
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkil ester dari rantai panjang asam lemak yang dipakai sebagai alternative bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui sepetri minyak nabati atau lemak hewan.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari proses transesterifikasi lipid untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang lemak bebas. Setelah melewati proses ini tidak seperti minyak nabati langsung biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel dari minyak bumi dan dapat menggantikan mingak bumi dalam banyak kasus. Namun biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum.
Bahan bakar nabati bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.
Oleh sebab itu pada kali ini kami akan mencoba untuk menbuat minyak biodiesel dari minyak goreng murni sehingga nantinya diharapkan mahasiswa dapat membuat biodiesel ataupun memahami prinsip kerjanya untuk dapat diimplementasikan dikehidupan nantinya.

1.2            Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana pembuatan biodiesel dengan metode transesterifikasi.
1.3            Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu mengetahui dan memahami sintesis biodiesel dengan metode transesterifikasi.

1.4            Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah melakukan sintesis biodiesel berdasarkan reaksi transesterifikasi antara trigliserida dengan KOH.

1.1            Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah  agar siswa dapat mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi dalam pembuatan biodiesel.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1            Sejarah Biodiesel
     Biodiesel pertama kali dikenalkan di Afrika selatan sebelum perang dunia II sebagai bahan bakar kenderaan berat. Biodiesel didefinisikan sebagai metil/etil ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel. Sedangkan minyak yang didapatkan langsung dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak (oilseed), yang kemudian disaring dan dikeringkan (untuk mengurangi kadar air), disebut sebagai minyak lemak mentah. Minyak lemak mentah yang diproses lanjut guna menghilangkan kadar fosfor (degumming) dan asam-asam lemak bebas (dengan netralisasi dan steam refining) disebut dengan refined fatty oil atau straight vegetable oil (SVO). 
     SVO didominasi oleh trigliserida sehingga memiliki viskositas dinamik yang sangat tinggi dibandingkan dengan solar (bisa mencapai 100 kali lipat, misalkan pada Castor Oil). Oleh karena itu, penggunaan SVO secara langsung di dalam mesin diesel umumnya memerlukan modifikasi/tambahan peralatan khusus pada mesin, misalnya penambahan pemanas bahan bakar sebelum sistem pompa dan injektor bahan bakar untuk menurunkan harga viskositas. Viskositas (atau kekentalan) bahan bakar yang sangat tinggi akan menyulitkan pompa bahan bakar dalam mengalirkan bahan bakar ke ruang bakar. Aliran bahan bakar yang rendah akan menyulitkan terjadinya atomisasi bahan bakar yang baik. Buruknya atomisasi berkorelasi langsung dengan kualitas pembakaran, daya mesin, dan emisi gas buang. 
     Pemanasan bahan bakar sebelum memasuki sistem pompa dan injeksi bahan bakar merupakan satu solusi yang paling dominan untuk mengatasi permasalahan yang mungkin timbul pada penggunaan SVO secara langsung pada mesin diesel. Pada umumnya, orang lebih memilih untuk melakukan proses kimiawi pada minyak mentah atau refined fatty oil/SVO untuk menghasilkan metil ester asam lemak (fatty acid methyl ester - FAME) yang memiliki berat molekul lebih kecil dan viskositas setara dengan solar sehingga bisa langsung digunakan dalam mesin diesel konvensional. Biodiesel umumnya diproduksi dari refined vegetable oil menggunakan proses transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya bertujuan mengubah [tri, di, mono] gliserida berberat molekul dan berviskositas tinggi yang mendominasi komposisi refined fatty oil menjadi asam lemak methil ester (FAME).
     Konsep penggunaan minyak tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pembuatan bahan bakar sudah dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel (Jerman, 1858-1913) mengembangkan mesin kompresi pertama yang secara khusus dijalankan dengan minyak tumbuh-tumbuhan. Mesin diesel atau biasa juga disebut Compression Ignition Engine yang ditemukannya itu merupakan suatu mesin motor penyalaan yang mempunyai konsep penyalaan di akibatkan oleh kompressi atau penekanan campuran antara bahan bakar dan oxygen didalam suatu mesin motor, pada suatu kondisi tertentu. Konsepnya adalah bila suatu bahan bakar dicampur dengan oxygen (dari udara) maka pada suhu dan tekanan tertentu bahan bakar tersebut akan menyala dan menimbulkan tenaga atau panas. Pada saat itu, minyak untuk mesin diesel yang dibuat oleh Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal dari minyak sayuran. Tetapi karena pada saat itu produksi minyak bumi (petroleum) sangat melimpah dan murah, maka minyak untuk mesin diesel tersebut digunakan minyak solar dari minyak bumi. Hal ini menjadi inpirasi terhadap penerus Karl Diesel yang mendesain motor diesel dengan spesifikasi minyak diesel.
     Bahan bakar nabati bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.

2.2            Keuntungan Biodiesel
Keuntungan lain dari biodiesel antara lain :
1.      Termasuk bahan bakar yang dapat diperbaharui.
2.      Tidak memerlukan modifikasi mesin diesel yang telah ada.
3.      Tidak memperparah efek rumah kaca karena siklus karbon yang terlibat pendek.
4.      Kandungan energi yang hampir sama dengan kandungan energi petroleum diesel.
5.      Penggunaan biodiesel dapat memperpanjang usia mesin diesel karena memberikan  lubrikasi lebih daripada bahan bakar petroleum.
6.      Memiliki flash point yang tinggi, yaitu sekitar 200OC, sedangkan bahan bakar petroleum diesel flash pointnya hanya 70 OC.
7.      Bilangan setana (cetane number) yang lebih tinggi daripada petroleum diesel
                        Biodiesel tergolong bahan bakar yang dapat diperbaharui karena diproduksi dari hasil pertanian, antara lain : jarak pagar, kelapa, sawit, kedele, jagung, rape seed, kapas, kacang tanah. Selain itu biodiesel juga bisa dihasilkan dari lemak hewan dan minyak ikan.  Penggunaan biodiesel cukup sederhana, dapat terurai (biodegradable), tidak beracun dan pada dasarnya bebas kandungan belerang (sulfur).
2.3      Sifat Fisik Biodiesel
No.
Parameter
Value
Palm Biodiesel
Jatropha Biodiesel
Solar
1.
Density, g/ml (15°)
0.868
0.879
0.83
2.
Kinematik Viscoity (Cst) (40°C)
5.3
4.84
5.2
3.
Cloud Point (°C)
16
5
18
4.
Flash Point (°C)
174
191
70
5.
Calorific Value, LHV (MJ/kg)
37-38
37-38
41
6.
Sulfur content (%-w)
< 50 ppm
< 50 ppm
Max 0.5
7.
Cetane Number
62
51
42
8.
Bilangan Penyabunan (mg KOH/g)
209.7
198
NA
9.
Iodine Value (mg I2/g)
45-62
95-107
NA

2.4     Minyak Nabati sebagai Komponen Biodiesel
            Industri pengolahan minyak sawit menghasilkan fraksi olein dan stearin. Fraksi olein lebih baik digunakan untuk pembuatan minyak goreng, karena asam lemak tak jenuh yang terkandung di dalamnya lebih mudah dihancurkan di dalam tubuh. Fraksi stearin biasanya digunakan sebagai bahan baku pada pabrik oleokimia dan untuk diekspor. Akan tetapi, saat ini ekspor stearin mendapat saingan dari negara lain yang juga penghasil kelapa sawit seperti Malaysia. Akibatnya, fraksi stearin akan terus berlimpah karena produksi oleokimia dalam negeri sampai kini juga masih sangat sedikit dibanding produksi bahan baku yang terus meningkat.
            Stearin memiliki asam lemak jenuh yang lebih banyak daripada fraksi olein, karena itu fraksi stearin memiliki bilangan setana lebih besar. Kedua alasan di atas menjadikan fraksi stearin sebagai sumber yang tepat untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel .
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
3.1          Alat yang dipakai
1.   Pendingin Tegak
2.   Labu Leher Dua
3.   Batang pengaduk
4.   Gelas Kimia 100ml
5.   Gelas Kimia 250 ml
6.   Pipet Ukur 5ml
7.   Spatula
8.   Corong Pisah 250ml
9.   Timbangan analitik
10.  Hotplate + Stirer
11.  Kaca Arloji
12.  Piknometer 10ml

3.2            Bahan yang dipakai
1.      KOH
2.      Minyak Goreng
3.      H2SO4 97%
4.      Aquades
5.      Metanol 96%
6.      Asam Asetat Glasial
3.3            Cara kerja

1.      Minyak  Kelapa murni dicampurkan dengan pelarut methanol sebanyak 16,3 % dari massa minyak kelapa, dan KOH sebanyak 3,5 g untuk setiap liter minyak kelapa.
2.      Campurkan minyak kelapa, methanol dan KOH diaduk dengan menggunakan hot plate stirrer dengan kecepatan pedadukan 450-500 rpm dan temperature 50-70oC selama 1-2 jam
3.      Setelah mencapai waktu yang ditentukan, dilakukan proses pengendapan (settling) untuk memisahkan antara lapisan metil ester dengan gliserol. Metil Ester akan terdapat pada lapisan atas dan gliserol terdapat pada lapisan bawah. Metil ester yang telah dipisahkan akan di transesterifikasi II.
4.      Metil ester dicampur dengan pelarut methanol dan KOH yang pemakaiannya tergantung kepada hasil pada transesterifikasi 1. Campuran ini diaduk dengan menggunakan hot plate stirrer dengan kecepatan pengadukan 450-500 rpm dan temperature 50-70 oC selama 1-2 jam (proses transesterifikasi II)
5.      Setelah mencapai waktu yang ditentukan kembali dilakukan proses pengendapan untuk memisahkan metal ester dengan gliserol
6.      Metil ester yang telah dipisahkan selanjutnya dicuci menggunakan air panas pada temperature 55oC Proses pencucian dilakukan hingga pH 6,8-7,2
7.      Metil ester yang telah dicuci dipanaskan dengan temperature 110-130 selama 10 menit
8.      Metil ester selanjutnya disaring menggunakan kertas saring
9.      Hitung Viskositas dari biodiesel tersebut.











BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
4.1            Hasil Praktikum
1.     Perhitungan
Berat Piknometer kosong                                           :  15,7955  gram
Berat Piknometer kosong + Biodiesel                                    :  21,2354 gram
Sehingga , berat bersih biodiesel yang dihasilkan pada percobaan adalah : 21,2354 gram – 15,7955 gram            = 5,4399 gram.
Viskositas Biodiesel                             =       Massa biodiesel     
                                                                Volume piknometer
                                                            = 5,4399 gr
                                                                  10ml
                                                            = 0,54399 gr/ml
4.2            Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan , pengadukan saat pemanasan selama satu jam dan dengan pengocokan saat pencucian dengan aquadest sangat mempengaruhi hasil biodisel yang dihasilkan. Untuk hasil yang baik pada proses pemanasan sebaiknya dilakukan pengadukan dan pada saat pengocokan pada pencucian dengan aquadest dilakukan pengadukan dan pada saat pengocokan pada pencucian dengan aquadest dilakukan dengan cara yang benar, sehingga biodisel yang dihasilkan dapat terpisah dengan sempurna dengan aquadest.

4.3      Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini  adalah:
1.      Biodiesel kami memiliki massa jenis 0,54399 gr/ml

4.4      Saran
Pada saat merangkai alat untuk destilasi dan refluk diperlukan kehati-hatian karena alat yang digunakan sebagian besar terbuat dari kaca.
DAFTAR PUSTAKA

Dharsono Wulandari, dkk. 2010. Proses Pembuatan Biodiesel Dari Dedak Dan Metanol Dengan Esterifikasi In Situ. Jurusan Teknik Kimia Fakulitas Teknik. UNDIP. Semarang.

Haryanto Bode. 2002. Bahan Bakar Alternatif Biodiesel. Jurusan Teknik Kimia Fakulitas Teknik : USU. Medan

Harmiwati. 2011. Modul Praktikum Proses Industri Kimia I. Jurusan Teknik Kimia Fakulitas Teknik : ATIP. Padang.

Sudradjat R, dkk. 2010. Pembuatan Biodiesel Biji Kepuh Dengan Proses Transesterifikasi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Pusat Litbag Hasil Hutan. Bogor.



Cara Menggunakan Buret

  Buret
Analisa Kuantitatif
Teknik secara volumetri (Titrimetri)
1.   Bahan        :
·         Penimbangan
Lakukan pada larutan yang bentuk sebelumnya padat terlebih dahulu.
2.   Pelarutan
3.   Persiapan Alat Titrasi
Alat  :
a.   Pipet Volumetri
Dalam keadaan bersih dan kering.
b.   Buret
Dalam keadaan bersih, kering, dan bebas lemak.
Ì Cara menghilangkan lemak : Rendam dengan larutan pencuci.
ü  Dengan Detergen atau KMnO4
ü  Direndam maksimal 1 malam.
ü  Bilas dengan air kran.
ü  Bilas dengan aquades 3 kali. Atau bias juga dengan larutan sampel (penitran), dengan udara, dengan alcohol.
*      Bersihkan Buret
1.   Hadapkan buret ke depan muka.
2.   Lepaskan buret dari penjepit
§  tangan kanan yang memegang penjepit
3.   Periksa kran.
§  sebelumnya beri kran vaselin, oleskan pada pinggirnya saja. Jangan sampai lubang kran tertutup
§  jika bocor oleskan vaselin juga pada bagian luar kran.
4.   Bilas buret dengan Aquades sekitar 10ml (perkiraan di skala 50ml) sebanyak 3 kali
§  Miring-miringkan hingga aquades mencapai skala nol
§  Jangan lupa kencangkan klem pada tiang statif
§  Pasang buret pada penjepit, harus sejajar.
5.   Bilas buret dengan larutan yang akan diisi sebanyak 3 kali
§  Ganjel dengan kertas.
§  Pasang corong sama seperti Aquades, isikan sekitar 10ml.
§  Taruh corong di atas kaca arloji, agar tidak terkontaminasi.
6.   Isi buret sampai melebihi skala nol
§  Mengenolkan : Putar kran dengan tangan kiri, mata selalu liat ke skala nol.
§  Cara memegang kran : Dengan tangan kiri, selipkan kran diantara jari manis dan kelingking.
§  Lihat patahan garis biru yang seperti panah menusuk ke skala
4.   Tahap Pelaksanaan Titrasi
a.   Masukkan sampel ke L.Erlenmeyer yang sudah bersih dan kering dengan menggunakan pipet volumetri.
§  Masukkan pipet volumetri ke L.Ukur sampel.
§  Ambil Sampel dengan rapi seperti pada pembuatan larutan.
§  Masukkan isi pipet volumetri ke L.Erlenmeyer
§  L.Erlenmeyer miring sedangkan pipet V tegak lurus.
§  Ingat titik tuang sampel.
§  Tutup pipet V dengan T.reaksi kembali.
b.   Ambil pereaksi (titran)
§  Masukkan 3 tetes pereaksi (Indikator zat warna) ke L.Erlenmeyer
§  Lalu lihat dan catat Volume Awal
§  Letakan porselen dibawah L.Erlenmeyer
§  Putar kran tetes pertetes
§  Jangan lihat ke atas dan fokus melihat keL.Erlenmeyer sambil aduk memutar
§  Perhatikan dengan cermat perubahan warnanya
§  Hitungan 1 detik hilang berarti belum, hitungan 5 detik tidak hilang artinya selesai
§  Ambil tetesan yang tertinggal
§  Lihat dan catat volume akhir
Ì Lakukan titrasi sebanyak 3 kali
Ì Warna titrasi 1, 2, dan 3 harus sama

5.   Perhitungan
Berapa Konsentrasinya?
V1    .      M1    =     V2    .      M2

V1    = Pipet Volumetri
M1    = Konsentrasi Sampel
V2    = Volume Penitran
M2    = Penurunan Isi Buret