LAPORAN PRAKTIKUM SINTESA KIMIA
Pembuatan Asam salisilat
A.
Tujuan Praktikum
Hidrolisis metal salisilat menjadi asam salisilat
B.
Tinjauan Pustaka
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang
cukup tinggi kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai
ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediate
dari pembuatan obar-obatan seperti antiseptic dan analgesic serta pembuatan
bahan baku untuk keperluan farmasi.
Asam salisilat kebanyakan digunakan sebadan sebagai bahan
intermediet pada pabrik obat dan pabrik farmasi seperti aspirin dan beberapa
turunannya.
Metal salisilat adalah cairan kuning kemerahan dengan bau
wintergreen. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam alcohol dan eter. Metal
salisilat sering digunakan sebagai bahan farmasi, penyedap rasa pada makanan,
minuman, gula-gulaan, pasta gigi, antiseptic dan kosmetik serta parfum. Metal
salisilat telah digunakan untuk pengobatan sakit syaraf, sakit pinggang, radang
selaput dada dan reumatik, juga sering digunakan sebagai obat gosok dan balsam.
Secara teknik metal salisilat pun digunakan sebagai bahan pencelup pada fiber
polyester, fiber tracetate dan fiber sintetik lainnya.
Pembuatan asam salisilat dalam praktikum ini dilakukan dengan
menghidrolisis metal salisilat dengan katalis basa. Prinsip percobaan ini
adalah reaksi hidrolisis ester dengan menggunakan NaOH sebagai katalis basa.
Metode yang digunakan adalah metode refluks, metode kristalisasi, dan metode
rekristalisasi. Metal salisilat akan membentuk garam natrium salisilat saat
direaksikan dengan NaOH yang kemudian akan membentuk asam salisilat saat
direaksikan dengan H2SO4. Asam salisilat yang diperoleh
merupakan Kristal putih dengan bentuk Kristal kecil dan rapuh.
Refluks adalah suatu metode untuk mencampurkan dua zat atau
senyawa dengan cara pemanasan tanpa adanya senyawa yang hilang. Refluks
dilakukan dengan mendidihkan cairan dalam wadah yang disambung dengan kondensor
sehingga cairan yang teruapkan akan mengembun kembali ke wadah ( wilcoks,
1995). Fungsi refluks atau pemanasan adalah untuk mereaksikan dengan sempurna
dari dua campuran tersebut. Sehingga dapat bercampur dengan baik.
Kristalisasi merupakan metode pemurnian dengan cara pembentukan
Kristal sehingga campuran dapat dipisahkan. Suatu gas atau cairan dapat
mendingin atau memadat serta membentuk Kristal karena proses kristalisasi.
Kristal-kristal dapat terbentuk dari larutan yang dijenuhkan dengan pelarut
tertentu. Makin besar Kristal, maka makin baik karena makin kecil kandungan zat
pengotornya (arsyad, 2001).
Rekristalisasi merupakan metode pemurnian Kristal dari zat
pengotornya. Campuran yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut yang
bersesuaian pada temperature yang dekat dengan titik didihnya. Selanjutnya
untuk memisahkan pengotor dari zat yang diinginkan, dilakukan penyaringan dan
diteruskan dengan pendinginan sampai terbentuk Kristal (Cahyono, 1991).
C.
Metodologi Praktikum
v Alat :
·
Labu alas bulat
·
Pendingin refluks
·
Erlenmeyer 250 mL
·
Gelas Ukur 150 mL
·
Gelas kimia 100 mL, 250
mL.
·
Mantel pemanas
·
Penangas es-air
·
Penyaring vakum
·
Batu didih
·
Kertas saring
·
Lakmus biru
·
Desikator
·
Oven
v Bahan :
·
Metil salisilat
·
NaOH
·
H2SO4
·
Aquades
v Cara Pembuatan
·
Timbang 10 gram
NaOH dan larutkan dalam 50 mL aquades, biarkan dingin sampai temperature ruang.
·
Timbang 5 gram
metil salisilat, masukkan ke dalam labu alas bulat 250 mL tambahkan larutan
NaOH tersebut dengan hati-hati & 1 atau 2 butir batu didih, selanjutnya
pasang pendingin refluks dan panaskan pada titik didihnya selama 20 menit
secara hati-hati dengan api kecil.
·
Dinginkan campuran
sampai temperature bruang, pindahkan ke Erlenmeyer, tambahkan secara hati-hati
150 mL H2SO4 1 M, untuk mengasamkan campuran (uji dengan
kertas lakmus biru). Jika kerytas lakmus biru telah menjadi merah jambu (pink),
tambahkan lagi 15 mL H2SO4 1 M hingga terbentuk
presipitat.
·
Dinginkan campuran
dalam penangas es-air sampai temperature 20derajat, biarkan dingin dan mengendap, kemudian saring atau
lakukan dekantasi.
·
Lakukan
rekristalisasi dengan cara memasukan produk yang masih kotor ke dalam gelas
kimia 400 mL, tambahkan 150 mL aquades panas & batu didih. Selanjutnya
panaskan campuran sampai mendidih untuk melarutkan campuran. Jika padatan belum
larut pada pemanasan, tambahkan aquades secara berlebihan, dan lanjutkan
pemanasannya.
·
Saring larutan yang
masih panas tersebut dengan hati-hati.
·
Setelah filtrate
dingin, tempatkan & dinginkan dalam penangas es-air hingga terbentuk
Kristal.
·
Keringkan Kristal
asam salisilat yang dihasilkan dalam oven sampai kering, masukkan ke dalam
desikator selama 15 menit, kemudian timbang massanya.
E. Pembahasan
Telah
dilakukan percobaan hidrolisis metil salisilat menjadi asam salisilat yang
bertujuan untuk menghasilkan suatu asam salisilat. Prinsip percobaan ini adalah reaksi hidrolisis ester dengan
menggunakan NaOH sebagai katalis basa.
Hidrolisis ester dalam basa merupakan reaksi irreversible. Metode yang
digunakan adalah metode refluks, metode kristalisasi, dan metode
rekristalisasi.
Metal
salisilat akan membentuk garam natrium salisilat saat direaksikan dengan NaOH
yang kemudian akan membentuk asam salisilat saat direaksikan dengan H2SO4.
Pada hidrolisis metal salisilat menjadi asam salisilat, bahan utama yang
digunakan pada praktikum adalan metal salisilat. Langkah kerja pertama dalam
praktikum ini adalah mencampurkan NaOH ( yang sebelumnya telah diencerkan)
dengan metal salisilat. Bahan uji berubah warna dari bening menjadi putih &
tampak seperti ada endapan. Setelah itu ditambahkan kembali aquades, gunanya
adalah agar sample tidak jenuh sehingga endapan mudah larut & menghemat waktu
pemanasan. Kemudian dilakukan perefluksan yang bertujuan untuk memaksimalkan
reaksi antara metal salisilat & NaOH, sehingga diperoleh natrium salisilat.
Hal ini disebabkan pada proses refluks tidak ada senyawa yang hilang sebab
senyawa yang menguap, uapnya didinginkan oleh kondensor sehingga menjadi cair
dan kembali ke labu. Prinsip kondensor pada refluks yaitu air masuk dari bawah
& air keluar dari atas, tujuannya untuk membantu mempercepat penguapan
karena uap air dapat menjaga agar
senyawa yang direfluks tidak hilang. Sedangkan bila air masuk dari atas dan
keluar dari bawah maka hanya berupa aliran air biasa yang memperlambat proses
refluks. Fungsi pemanasan pada saat refluks yaitu mempercepat reaksi.
Setelah selesai direfluks campuran
dipindahkan ke beker glass untuk siap ditambahkan H2SO4,
gunanya adalah untuk membuat campuran ini bersifat asam. Penambahan H2SO4
dilakukan pada saat dingin karena reaksi dengan H2SO4
merupakan reaksi eksotermal, yaitu reaksi yang menghasilkan panas. Untuk
mengetahui campuran ini sudah bersifat asam atau belum kita bias menggunakan
kertas lakmus. Jika dirasa campuran sudah menjadi asam, maka tahap selanjutnya
yaitu meletakkan campuran pada pendingin es-air untuk proses kristalisasi,
proses ini bertujuan agar Kristal terbentuk lebih cepat.
Kemudian
dilakukan rekristalisasi dan kemudian dikeringkan dalam oven sehingga dapar
dihitung berat Kristal asam salisilat yang terbentuk. Rekristalisasi ini
bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa pengotornya. Dalam proses
rekristalisasi, digunakan aquades sebagai pelarutnya karena aquades merupakan pelarut universal
yang memiliki pH netral dan bersifat polar ( Basri, 1996).
Kristal
asam salisilat yang didapat 3,0550 gram dan didapat rendemen sebesar 69,95 %.
Hasil asam salisilat yg didapat menghasilkan
% rendemen yang dihasilkan kecil dikarenakan pada saat penyaringan masih banyak
yang tertinggal di dinding penampung corong Buchner sehingga mengurangi hasil
rendemen yang didapat.
F. Kesimpulan
Asam salisilat yang dihasilkan berupa Kristal berwarna
putih. Asam salisilat diperoleh dengan cara menghidrolisis metal salisilat
dengan NaOH. Kristal asam salisilat
yangdidapat 3,0550 gram dan didapat rendemen presentase sebesar 69,95 %.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar